Awal
Kuliah, Bangun Lebih Awal !
Waktu
sudah menunjukkan pukul 04.30 Wita, terdengar nada dari sebuah Hand Phone, yang terletak di atas
meja, berdekatan dengan sebuah bingkai foto yang berukuran 10 R. di foto itu
terlihat seorang lelaki remaja berumur 18 tahun, sedang tersenyum lebar sambil memakai
kacamata hitam, mengenakan kaus jangkis berwarna biru, dan memakai celana jeans
model botol, kakinya dibungkus dengan sepatu berwarna hitam dengan pinggiran putih.
Mengenai model celana botol, pertama kali diperkenalkan oleh Vokalis Band Ungu
“Pasha” saat mereka menggelar konser. Biasanya celana jeans tersebut berbentuk
longgar bagian atas, namun perlahan turun ke kaki, ukurannya mulai mengecil.
Bukan cuma celananya, tapi potongan rambutnya juga bergaya Mohawk Jabrik ala
Pasha Ungu, yups anak muda ini memang mengidolakan Pasha, selain menyukai
lagu-lagu dan suaranya, vokalis Ungu tersebut merupakan penyanyi yang berasal
dari Palu, Sulawesi Tengah. Terus, siapakah anak remaja ini?,
kerasnya nada alarm bersuarakan dering
Sponge Bob Square Pant’s, seakan menghapuskan kegelisahan hati yang dirasakan
oleh seseorang yang sama sekali tidak bisa tidur. Lantas, dengan gerakan sigap,
dimatikannya nada alarm tadi yang bersumber dari sebuah Hp. ya benar!, anak
remaja yang berada di foto itu, adalah saya sendiri.
Perkenalkan,
nama saya Mohammad Iqbal, biasa disapa Iki. Saya merupakan anak kedua dari 4
bersaudara, terdiri dari 3 orang laki-laki, dan satu perempuan bernama Fathunnur
dipanggil Ilun, dia anak yang bungsu. Sayang, adik saya yang perempuan sudah
berpulang kepangkuan Allah Swt, pada tahun 2005 silam, saat usianya baru 4
tahun. Kakak saya bernama Fathurrahman, hanya berbeda satu tahun sama saya, dan
adikku yang ketiga bernama Rahmat Izzati, biasa disapa Ija, berbeda 5 tahunan
dari usiaku. Coba tebak, siapa diantara kedua saudaraku, yang bisa berenang ??
Yaa benar! kalian semuanya pintar, pasti kalian rajin belajar dengan menyimak
secara seksama tulisan ini dari awal cerita sebelumnya. Nanti hadiahnya ambil
di kios-kios terdekat ya, hehehe :p. hmmm,, dengan perasaan yang tidak
mengenakkan, saya harus mengakui bahwa kami sekeluarga semuanya tidak bisa
berenang.
Meskipun
saya anak kedua, tapi para tetanggaku malah manggil saya anak tertua. Bukan
karena berperawakan tua, tapi karena saya mempunyai gesture badan yang lebih
besar dari kakak pertamaku, yang memiliki badan kurus dan kecil. Nah, panggilan
anak tertua sudah melekat pada sapaan saya tiap harinya, bahkan saking tuanya,
adik saya yang bungsu, sering manggil saya Bapak!.
Suasana subuh di bulan juni tahun 2009
saat itu, memang terlihat sangat special bagiku, selain panorama subuh yang
disajikan begitu mengesankan, namun ada hal lain yang membuat diriku bahagia, sehingga
rasa itu membuatku gelisah, sampai-sampai rasa tersebut mengganggu tidurku.
Hari ini adalah awal saya masuk kuliah, hari dimana semua cerita dan pengalaman
indah, mulai akan ku goreskan dalam tulisan indah, dalam setiap lembaran kertas
hidupku.
setelah ku menjalankan ibadah Shalat
Subuh, yang di imami langsung oleh papa saya, ku langsung bergegas menuju kamar
mandi, dengan penuh semangat, saya melepas satu persatu pakaian yang menutupi
badan, tidak berlangsung lama, saya langsung mengambil gayung untuk disiramkankan
dari ujung kaki ke ujung kepala, eeh kebalik ya, disiramkan dari ujung rambut
ke ujung kaki. rasa dingin yang sudah pasti menghampiri, tidak kuperdulikan
meskipun tidak biasanya saya mandi pagi. Tapi sial, setelah Palo-palo (gayung)
ku kibas-kibaskan untuk mengambil air dalam bak, rasanya kok lebih ringan dan
hampa. ternyata air yang dalam bak habis! Langsung saja dengan spontan, ku
langsung memakai handuk, serta segera keluar
dari WC, dan menanyakan hal ini kepada mama saya.
“ma, air mati kah, itu tidak ada
ditampung dalam bak”,tanyaku dengan nada halus.
“memang kalau pagi air tidak jalan,
makanya kalau sudah sore air ditampung memang banyak-banyak, timba air di sumur
sudah,,” sahut Mama ku sambil memarahi, tapi mamaku setiap kali marah pasti
langsung memberikan solusi.
dengan penuh keterpaksaan dan kerelaan,
ku haruskan untuk mengambil air di sumur, ya meskipun sumur tetangga. Sebagai
anak desa, keahlian untuk menimba air disumur itu sudah tidak diragukan lagi, cukup
3 kali timba saja, air sudah penuh dalam ember. Satu lagi nikmatnya kalau
tinggal di Desa, yakni semua masyarakat saling menganggap keluarga, sehingga
saya tidak perlu sungkan-sungkan untuk menimba air di sumur itu, dan sekalian
mandi lagi.
Setelah
aktivitas pagi yang merepotkan, saya sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju
kampus, tentunya sudah selesai dengan urusan fashion. Mumpung hari pertama
kuliah, tentunya saya menggunakan banyak =aksesoris, untuk mendukung
penampilan saya. Diantaranya, topi gaul berbentuk segitiga pada bagian atasnya,
ujungnya melebar dan bundar, terbuat dari jerami, lagi trend dikalangan petani
yang mau turun ke Sawah. Saya tidak mengetahui nama topi tersebut dalam bahasa
Indonesia, tapi kalau dalam bahasa Kaili, disebut Toru. Nah silahkan saja terjemahkan nama Toru tersebut kedalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah kalian
masing-masing.
Aksesoris
berikutnya yang kupakai, tidak kalah menterengnya, yakni menggantungkan jagung
muda di leher dan sebelumnya telah diikatkan dengan tali raffia, sebagai
pengganti dasi, serta menggantukan papan kesalahan yang dibuat dari sisa dos
bekas dan dibungkus dengan kertas HVS putih. Mengenai kain yang menutupi badan,
ku menggunakan pakaian kemeja berwarna putih, ujung baju di isi kedalam celana
kain berwan hitam. Untuk ban pinggannya diikatkan dengan tali rafia, serta
kedua sisinya digantungkan pula dua buah kaleng susu bekas, dan di isi uang
koin Rp 1000, diletakkan di pinggul kiri dan kanan, sehngga kalau berjalan
sudah menghasilkan bunyi seperti lonceng kambing. Sampai sepatu pun tidak kalah
berbeda, tali sepatu diganti dengan menggunakan tali rafia denga selingan warna
yang berbeda.
Kalau
melihat dari aksesoris yang saya gunakan, pastilah bagi kalian yang sudah
mengenyam bangku pendidikan sekolah, pasti mengetahui bahwa pada pagi itu, saya
masih dalam tahap proses masuk dalam dunia kemahasiswaan. Salah satu tahapnya
adalah dengan mengikuti Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK), di Kampus Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Datokarama Palu, salah satu kampus Favorite
bagi masyarakat di Sulawesi Tengah.
Luapan
rasa lucu, membuatku sekali-sekali tersenyum jika melihat penampilanku semacam
badut jalanan, wajar jika Papa saya
malah berkomentar kalau masa Orientasi, merupakan ajang pembodohan dan
penindasan, karena banyak hal-hal aneh dan tidak masuk akal diajarkan, serta
tidak ada hubungannya dengan pendidikan yang baik dan benar.
“eeh, itu nak, disuru-suru pakai yang aneh-aneh
begitu, apakah dengan memakai pakaian begitu, otak bisa dengan mudah terima
pelajaran?, dalam agama Islam kan tidak harus berpenampilan seperti itu?”,
gerutu Papaku sambil menasehati.
Mendengar nasihat itu, saya langsung
menjawab, “saya juga tidak tau le Papa, nanti saya jalani saja dulu, prosesnya
seperti apa, siapa tau setelah menjalani, akan saya dapatkan jawabannya,”
jelasku.
“oh iya dan, semoga bisa dapat dan
memetik hikmahnya”, sambung Papaku menasehati. Setelah itu, ku meminta pamit
kepada keduanya, sambil mencium kedua tangan mereka, agar selama perjalananku
menuntu ilmu, selalu mendapatkan kemudahan dan berkah dari Allah SWT. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mari budayakan komentar yang tertib dan sopan. . .