Corat-coret cerita selama KKN.
By, Muhammad Iqbal
“ Terdengar suara riuh ramai dari bawah laut yang begitu membising membuat suasana yang tadinya tenang mulai bergemuruh, hmm ternyata ada sebuah Musyawarah Besar seluruh Ikan yang ada di Lautan. “Bagusnya, Apa yang harus kita lakukan guna mengatasi Kelaparan yang berkepanjangan,,?? Tanya Pemimpin Ikan kepada seluruh rakyatnya.” Tiba-tiba Ikan Hiu memberikan usul bahwa sudah seharusnya kita terapkan hukum rimba, Ikan Besar akan memangsa ikan kecil. Pimpinan ikan tersebut memintakan pendapat kepada ikan-ikan kecil. Lalu, para ikan kecil menjawab, selagi kami masih bisa bersyukur, maka rasa syukur kami diiringi dengan memberikan manfaat kepada Ikan lain yang sangat membutuhkan.”
Begitulah cerita jalanan yang menemani istirahat kami setelah bahu membahu bersama warga dan Risma ditengah teriknya matahari guna menyelesaikan pembuatan Tugu Ikan di Desa Ambesia Selatan Kecamatan Tomini Kabupaten Parigi Moutong. Daerah yang dihuni oleh suku Asli Tialo yakni sub etnis kaili inipun terkenal pula dengan nama Desa Ikan, dikarenakan ujung tombak penghasilan Desa ini adalah Ikan, yang kemudian didukung aktivitas warganya adalah Nelayan Bagan (sejenis Perahu besar yang digunakan menangkap ikan dengan jumah yang banyak dengan menggunakan jaring atau lirang).
Mengacu pada cerita di atas, bisa kita petik suatu yang baik, yakni Indahnya bersyukur nikmat. Walau hanya cerita fiksi tapi Ikan kecil pun mengerti akan artinya bersyukur, rasa syukurnya yang telah diberikan bertapa indahnya kehidupan. Ikan kecilpun tidak menyesali, jika hidupnya telah digariskan menjadi mangsa bagi ikan yang besar. walaupun tubuhnya yang kecil ternyata masih bisa memberikan manfaat kepada Ikan yang lain.
Kalau dari cerita tersebut kita kaitkan dengan kehidupan manusia, maka sudah seharusnya Manusialah yang banyak-banyak bersyukur kepada Allah SWT. Kita bersyukur telah diberikan anggota badan yang berfungsi sebagai alat indera. Pertanyaan nya apa yang terjadi jika kita tidak bisa mengandalkan penciuman, mendengar, mengecap, meraba/merasakan sentuhan, bahkan buta ?, tentunya dengan tak bisa mendengar akan banyak terjadi salah paham pada hubungan kita dengan masyarakat. Kita tak dapat membedakan sesuatu yang harum dan berbau busuk, Bagaimana kalau Lidah dan Kulit yang tidak berfungsi? Tentunya rasa apapun itu akan terasa hambar. Apalagi manusia hidup tanpa bisa melihat. Maka seumur hidup tidak dapat melihat indahnya dunia ini yang diciptakan oleh Allah SWT Tuhan pencipta Alam. Maka sudah sewajarnya kita bersyukur kepadanya. Nah, bagaimana dengan orang yang cacat? Namun Allah tidak menciptakan Makhluknya tanpa ada manfaatnya.
“ Rabbana Maa Kholaqta haaza batilan”, Ya Tuhan Kami, semua yang Engkau ciptakan tak ada yang sia-sia”. Q.s Ali Imran 191
Walaupun orang cacat sekalipun namun tetap ada kelebihan yang dititipkan oleh Allah kepada mereka. Seperti rekan kami yang biasa disapa “Adin”, berasal dari Desa Ambesia Selatan tempat kami melaksanakan KKN, walaupun tuna netra (tak dapat melihat), ia punya keahlian bermain gitar dan menciptakan lagu yang indah dan bagus sampai 1 Album, bahkan lagunya sudah bisa didengar dalam bentuk MP3, sesuatu yang sangat unik yang orang Normal fisiknya pun dapat terkagum-kagum dibuatnya. Dan masih banyak lagi keunikan dan kelebihan dari banyaknya orang cacat di Dunia ini.
Belum lagi Nikmat dari rezeki yang dilimpahkan Allah di seluruh Alam ini. Alam diciptakan oleh NYA guna memenuhi kebutuhan manusia. Masih berkaca penghasilan di Desa Ambesia Selatan bahwasannya pendapatan rata-rata dari tiap Bagan sebanyak 15 Termos/malam. bahkan jika saat Bulan bagus untuk turun kelaut, ikan yang di dapatkan 30 sampai 60 Termos, dengan pendapatan yang jika di Rupiahkan cukup banyak tiap bulannya, tergantung dari besar dan kecilnya bagan. Begitulah kata Ahlis, salah seorang dari 48 pemilik Bagan yang berada di Desa tersebut dan juga selaku Pembina Risma.
Coba bayangkan, jika satu Bagan mendapatkan penghasilan dengan rata-rata 15 termos Ikan, bagaimana kalau 48 Bagan yang turun melaut? Itu baru hitungan satu malam, bagaimana dengan hitungan seminggu, sebulan atau setahun bahkan seterusnya? Berarti semakin banyak ikan yang dilautan yang Allah sediakan bagi kebutuhan manusia. Yang menherankan, mengapa ikan dilautan yang sering ditangkap tiap malam tidak pernah habis-habis ? Allah Pun bersabda, seraya memberikan pertanyaan kepada Manusia dalam Surah Arrahman ayat 13 yang mana ayat ini terulang sebanyak 31 kali di surah yang sama, yakni :
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Allah senantiasa dalam keadaan menghidupkan dan mematikan, memberi rezeki kepada yang memerlukan, memuliakan dan menghinakan, memberi sakit dan menyembuhkan, menyuruh dan melarang, mengampuni dan menghukum, mengasihi dan memarahi dan lain-lain sebagainya.
Dan Dia pula memberikan apa-apa yang diminta oleh semua yang ada di langit dan di bumi. Dalam ayat ini Allah SWT menantang jin dan manusia agar mengungkapkan nikmat Nya yang mereka dustakan. Berapa banyak permohonan yang telah dikabulkan Nya. Berapa banyak hal-hal yang baru diciptakan Nya. Dan berapa banyak orang yang lemah ditolong Nya.
Dan Allah Pun bersabda, seraya memberikan 2 pilihan kepada manusia serta memberi jaminan bagi manusia yang bersyukur serta memberikan ancaman bagi yang kufur:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Q.s Ibrahim: 7)
Jadi, para sahabatku yang di Rahmati Allah SWT, sangatlah gampang tuk menghindari Azab Allah SWT, caranya? ya harus dengan banyak bersyukur. hidup ini indah dan jangan dipersulit, Akhirat itu bisa diraih kalu kita dapat bersyukur.
Sebagai penutup Kata bijak pun tak ketinggalan menitipkan pesannya, “ Kalau Pohon-pohon di Bumi ini dijadikan pena serta lautan ini dijadikan sebagai tintanya, dikarenakan banyaknya Nikmat yang Allah berikan, tak satupun yang dapat kamu tulis”. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita mengucapkan bahwa ada Allah yang dengan kekuasaannya memberikan rezeki bagi kita semua, Alhamdulillahi Rabbil Alamin.
Ikan kecil yang kami maksud adalah Desa Ambesia Selatan itu sendiri, desa yang kecil namun mengajarkan arti tersendiri bagi kami. Selama KKN kami sudah dianggap anak dan saudara sendiri, terutamanya kawan-kawan Risma, ehmm tak lupanya para Ladies Alone Patah Hati, yang selalu riang ceria gembria, dan tetap semangat ya. Begitupula para orang tua kami di Ambesia Selatan, termasuk Kepala Desa Bersama Ibu sampai kamipun tak pernah merasakan lapar, karena warganya tak pernah kehabisan ikan untuk terus dibagi-bagikan. Sungguh, limpahan rezeki yang diberikan oleh Allah yang begitu di syukuri. Sedikitnya itulah Hikmah yang dapat kami bawa pulang dari KKN, ,, hehehe 
Muhammad Iqbal. Jurusan Dakwah/ Komunikasi Penyiaran Islam
Referensi:
Al-Qur’an dan Terjemahan, 1999, PT Karya Putra Toha, Jakarta.
Al-Qur’an dan Terjemahan, 1999, PT Karya Putra Toha, Jakarta.
Data Masyarakat Desa Ambesia Selatan, Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mari budayakan komentar yang tertib dan sopan. . .